Penelitian Lembaga Sensor Film: Penonton Bioskop Cuma 1 Persen
Ali Muntoha
Selasa, 19 Desember 2023 12:40:00
Murianews, Jakarta – Lembaga Sensor Film (LSF) Kemendikbudristek menggelar penelitian tentang perfilman dan sensor mandiri. Hasilnya, bioskop tak lagi didaya untuk menarik minat penonton film.
Hal ini terlihat dalam hasil survei yang digelar Lembaga Sensor Film bersama Universitas Universitas Muhammadiyah Prof DR Hamka (Uhamka) yang dipublikasikan Senin (18/12/2023).
Penelitian dilakukan di bioskop-bioskop pada empat kota besar yaitu Jakarta, Surabaya, Medan, dan Makassar. Keempat kota ini dipilih berdasarkan jumlah penonton bioskop terbanyak dan akses tontonan melalui kanal digital yang lebih tinggi dibanding kota-kota lainnya di Indonesia.
Hasil penelitian itu menunjukkan jika akses media tontonan masyarakat dominan melalui jaringan teknologi informatika (JTI) yakni mencapai 89 persen. Sementara televisi 8 persen, dan bioskop hanya 1 persen.
”Salah satu temuan penelitian mayoritas masyarakat pada empat kota tersebut ternyata lebih menggemari film horor dan menjadikan sebagai pilihan utama dalam menonton di bioskop,” ujar Ketua Komisi III LSF RI, Naswardi dilansir Murianews.com dari laman Kemendikbud pada Selasa (19/12/2023).
Dalam penelitian Lembaga Sensor Film itu memang menunjukkan gender film yang paling disenangi penonton adalah film horor, persentasenya mencapai 34 persen. Kemudian disusul film komedi 28 persen, drama 24,73 persen, musikal 3 persen dan genre lainnya 7 persen.
Untuk akses hiburan juga ditemukan terjadinya perubahan perilaku masyarakat dalam mengakses media di empat kota besar tersebut. Yakni 79 persen masyarakat mengakses media sosial.
Para peneliti juga menemukan 72 persen penonton film menyatakan mengetahui tentang penggolongan usia penonton. Namun masih terdapat sebesar 25 persen yang tidak mengetahui tentang penggolongan usia penonton.
Sebagian besar penonton yang disurvei juga menyatakan setuju adegan LGBT membuat tidak nyaman, sehingga perlu LGBT menjadi bagian dan kriteria penyensoran film. Persentasenya mencapai 41 persen penonton.
Wakil Ketua Lembaga Sensor Film Ervan Ismail mengatakan, pihaknya berkomitmen terus meningkatkan dan mengukur sejauh mana pedoman penyensoran telah berkembang di masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat secara mendalam tentang kriteria penyensoran yang meliputi kekerasan, perjudian, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, pornografi, suku, ras,kelompok, dan atau golongan, agama, hukum, harkat dan martabat manusia, dan usia penonton.
Selain itu juga mengetahui persepsi masyarakat secara mendalam tentang perfilman. Juga untuk mengetahui secara mendalam tentang budaya sensor mandiri, dan perilaku bermedia masyarakat.
”Hasil penelitian ini menjadi penting karena menjadi tolak ukur aktivitas menonton masyarakat yang berbentuk penelitian, hasil penelitian ini juga dapat dipertanggung jawabkan secara akademis serta menjadi dasar untuk menentukan program LSF di tahun mendatang,” terangnya.



