Artikel Lama Perbudakan Kpop Muncul Lagi, Netizen Korsel Berang
Anggara Jiwandhana
Senin, 12 Februari 2024 09:25:00
Murianews, Kudus – Sebuah artikel lama yang ditulis outlet media Korea Utara mencuat kembali di beberapa grup komunitas Korea Selatan. Isinya adalah terkait perbudakan di dunia Kpop. Sontak, Netizen Korea Selatan langsung berang.
Dilansir Murianews.com dari Koreaboo, Senin (12/2/2024) artikel lama dari outlet media Korea Utara tersebut memang mengkritik perlakuan terhadap grup idola di Korea Selatan seperti BTS dan BLACKPINK. Artikel ini awalnya diterbitkan oleh Arirang Meari pada tahun 2021.
Laporan tersebut mengklaim bahwa para idol Kpop menjalani kehidupan yang menyedihkan, menyamakan. Situasi mereka bahkan disamakan dengan perbudakan karena kondisi keras yang diberlakukan oleh perusahaan hiburan besar Korea Selatan, termasuk SM Entertainment.
Dalam laporan tersebut, Arirang Meari juga menuduh bahwa sejak usia muda, selama masa sekolah dasar dan menengah, para idola ini terikat kontrak eksklusif dan terisolasi dari dunia luar.
Mereka konon diharuskan menjalani jadwal pelatihan yang ketat, yang hanya memberi mereka waktu tidur 2-3 jam per hari dan sebagian besar pendapatan mereka diambil oleh perusahaan dengan dalih untuk biaya pelatihan.
Lebih lanjut, laporan tersebut menyampaikan bahwa tidak hanya media Korea Utara saja yang memberitakan hal ini. Tetapi juga media Barat yang melaporkan bahwa penyanyi muda Korea Selatan terikat pada kontrak yang sangat tidak adil sejak usia muda.
Netizen Korea Selatan pun langsung berang. Mereka melontarkan amarah disertai cemoohan dan kritik. Banyak komentar di TheQoo yang mengejek klaim laporan tersebut dengan menunjuk pada pendapatan besar yang diperoleh para idola K-Pop.
Beberapa pengguna dengan nada bercanda juga mengungkapkan keinginannya untuk menjadi “budak” juga, jika itu berarti mencapai tingkat kesuksesan finansial yang sama dengan beberapa bintang top industri ini.
Selain itu, ada juga yang menyoroti ironi kritik terhadap industri K-Pop sementara ada pekerja di Korea Utara yang berjuang dengan upah di bawah standar minimum.
Bagi banyak orang, termasuk media Korea Utara, tulisan “propaganda” ini dibuat sebagai upaya untuk mengkritik industri K-Pop karena meningkatnya minat terhadap idola Korea Selatan.
Dalam sebuah artikel lama yang meliput laporan Korea Utara, NK Economy mengatakan media propaganda tersebut telah menyampaikan masalah yang berlebihan seputar pelatihan dan manajemen grup idola Korea Selatan.